Author Archives: Corie

Sistem Informasi Berbasis Komputer

Standar

Rini Corinna, 15510988, 4PA06

Sistem Informasi berbasis komputer berarti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah computer-based atau pengolahan informasi yang berbasis padakomputer.
Saat ini sistem informasi merupakan isu yang paling penting dalam pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk membantu manajemen dalam mengkoordinasi sub unit-sub unit dari organisasi dan mengarahkan bagian-bagian tersebut untuk mencapaitujuan perusahaan.
Dua hal yang menjadi perhatian dari definisi diatas adalah mengkoordinasi dan mengarahkan. Tentu saja dalam dua proses tersebut diperlukan satu sistem agar proses koordinasi dan mengarahan dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Manfaat utama dari perkembangan sistem informasi bagi sistem pengendalian manajemen adalah : penghematan waktu (time saving), biaya (cost saving), peningkatan efektivitas (effectiveness), pengembangan teknologi (technology development) dan pengembangan personel (staff development).
Sistem informasi dikembangkan untuk tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan bisnis. Skema Sistem Informasi Berbasis Komputer di organisasi,dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

1. Sistem Infirmasi Akuntansi
sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermafaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.
yang menangani segala sesuatu yang berkenaan dengan Akuntansi. Akuntansi sendiri sebenarnya adalah sebuah sistem informasi.

2. Sistem Informasi Manajemen
Sistem yang mendukung spektrum tugas-tugas organisasional yang lebih luas dari Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Systems) termasuk analisis keputusan dan pembuat keputusan. Juga menghasilkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan, serta dapat membatu menyatukan beberapa fungsi informasi bisnis yang sudah terkomputerisasi (basis data).

3. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem ini hampir sama dengan Sistem Informasi Manajemen (Management Information System) karena menggunakan basis data sebagai sumber data. Sistem ini bermula dari Sistem Informasi Manajemen (Management Information System) karena menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan.

4. Office Automatic
Otomastisasi Kantor mendukung pekerja data, yang biasanya tidak menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi sedemikian rupa untuk transformasikan data atau memanipulasikannya dengan cara-cara tertentu sebelum menyebarkannya secara keseluruhan dengan organisasi dan kadang-kadang diluar organisasi. Aspek-aspek Sistem Otomastisasi Kantor (Office Automation Systems) seperti word processing, spreadsheets, presentasi

5. Sistem Pakar / Sistem Ahli
Sistem ahli menggunakan pendekatan-pendekatan pemikiran kecerdasan buatan untuk menyelesaikan masalah serta memberikannya lewat pengguna bisnis. Sistem ahli yang disebut juga dengan sistem berbasis pengetahuan (knowledge based systems) secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang ahli untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi. Berbeda dengan sistem pendukung keputusan (decision support systems), sistem ini meninggalkan keputusan terakhir bagi pembuat keputusan sedangkan sistem ahli menyeleksi solusi terbaik terhadap suatu masalah khusus.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_akuntansi

Definisi Sistem Informasi Psikologi

Standar

Rini Corinna, 15510988, 4PA06

Pengertian Informasi

Menurut Laudon (dalam Gaol, 2008) informasi adalah data yang sudah dibentuk kedalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan oleh manusia. menurut Davis (dalam Gaol, 2008) informasi adalah data yang telah diproses atau diolah kedalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nanti.jadi, dari definisi para ahli diatas pengertian informasi merupakan data yang berisi penerangan, keterangan, kabar atau berita yang telah di proses dan diolah kedalam bentuk yang berguna bagi si penerimanya.

Bagaimana pengertian informasi sehingga dapat berinteraksi dengan sistem

sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat dari definisi sistem itu sendiri. Menurut Gaol sistem adalah hubungan satu unit dengan unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan serta menuju suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian informasi sendiri dapat berinteraksi dengan sistem yaitu karena informasi dilihat dari data yang disampaikan kepada si penerima yang berarti adanya saling interaksi (hubungan) satu sama lainnya yang berisi sebuah keterangan, pemberitahuan, kabar atau berita yang dapat kita sebut sebagai sistem informasi.

Pengertian sistem informasi psikologi

menurut Gordon B. Davis sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima masukan data dan intruksi, mengolah data tersebut sesuai dengan intruksi dan mengeluarkannya. selain itu, menurut Tafri sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan infromasi yang terkait dan saling mendukung sehingga menjadi suatu informasi yang berharga bagi yang menerimanya.menurut Murphy (dalam Sarwono, 2010) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.jadi, dari definisi menurut para ahli diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan mengenai pengertian sistem informasi psikologi yaitu suatu bidang psikologi yang mempelajari suatu koordinasi sistem informasi pada diri manusia yang mempengaruhi perilaku manusia sehari – hari serta berkaitan dengan sistem kognitif manusia dalam mengintergritas (sistem) berbagai informasi kemudian diolah sehingga menjadi sebuah kesatuan informasi.

Bagaimana Penggunaan Sistem Informasi dalam Psikologi

slh satu contoh kasus dalam pengaplikasian atau penerapan sistem informasi di dalam bidang psikologi, yaitu ketika kita menerima suatu stimulus melalui indera perasa kita pada saat terkena suatu benda, kemudian rasa itu dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah dan diintrepetasikan. jika informasi rasa diintepretasikan sebagai rasa yang tidak menyenangkan (sakit) atau dianggap sesuatu yang menyakitkan maka, yang akan muncul adalah rasa sakit ekspresi yang muncul adalah sedih, atau teriak “awww!”. interpretasi yang telah dirasakan tadi bukan bagian dari sensasi melainkan sudah menjadi persepsi. sensasi dan persepsi merupakan bagian yang dari sistem pengolahan informasi dari rangsangan stimulus yang dikoordinir oleh otak. jadi itulah contoh kasus penerapan sistem informasi dalam bidang psikologi, terutama dalam bidang psikologi kognitif.

Source :

Gaol, C. J. (2008). Sistem informasi manajemen pemahaman dan aplikasi. Jakarta: PT. Grasindo.http://books.google.co.id/books?id=VFFQD2eHGYYC&pg=PA8&dq=informasi+adalah&hl=id&sa=X&ei=Hh5IUsXNFYvPrQfehIDoCA&redir_esc=y#v=onepage&q=informasi%20adalah&f=false

http://juansyah.wordpress.com/2013/03/31/pengertian-sistem-informasi/

Sarwono, W. S. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Rajawali Pers

Bentuk – Bentuk Utama Dalam Terapi

Standar

Menurut Wolberg dalam Psikoterapi terdapat 3 bentuk utama dalam terapi, yaitu :

A. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Yaitu merupakan perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk:
• Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
• Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
• Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.
Penyembuhan supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan teknik pendekatan, diantaranya:
• Bimbingan (Guidance)
• Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
• Pengutaraan dan penyaluran arah minat
• Tekanan dan pemaksaan
• Penebalan perasaan (Desensitization)
• Penyaluran emosional
• Sugesti
• Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)

B. Penyembuhan Reedukatif (Reeducative Therapy)
Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain:
• Penyembuhan sikap (attitude therapy)
• Wawancara (interview psychtherapy)
• Penyembuhan terarah (directive therapy)
• Psikodrama
• Dan lain-lain.

C. Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Penyembuhan rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain:
• Psikoanalisis
• Pendekatan transaksional (transactional therapy)
• Penyembuhan analitik berkelompok

Perbadaan antara konseling dengan psikoterapi

Standar

Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun 1878, yang dipelopori oleh J.B. Watson sebagai ilmu yang mempelajari perilaku. Sebab, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat, dan diukur. Sedangkan jiwa dipandang terlalu abstrak, jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat disebutsebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi beberapa syarat berikut :
1. Secara sistematis, psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah menggunakan metode ilmiah.
2. Memiliki struktus keilmuan yang jelas.
3. Memiliki objek formal dan material.
4. Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test, and measurement.
5. Memiliki terminology khusus, seperti bakat, motivasi, inteligensi, dan kepribadian.
6. Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.

Sedangkan pengertian konseling, seperti etimologi, berasal dari bahsa Latin, yaitu consilium (dengan atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami.
Dalam bahasa Anglo Saxon, istilah konseling berasal dari sellan, yang berarti menyampaikan.
Smith (dalam Shertzer & Stone, 1974) mengatakan konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan diriku, dan mencapai perkembangan kemampuan pribadi yang dimilikinya secara optimal. Sebab, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu (Division of Counseling Psychology)

Meskipun demikian, kedua bidang ini tetap berbeda. Berikut adalah beberapa perbedaan antara konseling dan psikoterapi:
1. Konseling pada umumnya menangani orang normal. Sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami gangguan psikologis.
2. Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
3. Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret. Sedangkan psikoterpai sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah serta berkembang terus.

Pengertian Psikoterapi

Standar

Psyche : mind / jiwa
Therapy : merawat, mengobati, menyembuhkan
Menurut Wohlberg, psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis dari masalah yang bersifat emosional di mana seseorang terlatih sengaja membangun hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan:
– Menghapus, mengubah atau menghambat gejala
– Yang terganggu pola mediasi perilaku
– Meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif dan pengembangan.
Sedangkan menurut Corsini, psikoterapi adalah Proses interaksi formal 2 pihak (2 orang/lebih), bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distres) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya / ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode2 sesuai pengetahuan & skill, serta bersifat profesional & legal.

Sejarah Psikoterapi :
Psikoterapi berawal dari upaya menyembuhkan pasien yang menderita penyakit jiwa
• Berabad-abad yang lalu
Orientasi mistik —> upaya mengusir roh jahat dengan cara tidak manusiawi (mengisolasi, mengikat, memasung, memukul)
• Philipe Pinel
Melakukan pendekatan bersifat manusiawi, yang berorientasi kasih sayang (love oriented approach) —> mendirikan
• Anton Mesmer
Mempergunakan teknik hypnosis & sugesti, teknik hypnosis kemudian digunakan oleh Jean Martin Charcot
• Paul Dubois
Merumuskan & menekankan peranan penting teknik berbicara (speech technique, talking cure) yang digunakan kepada pasien. Paul Dubois tercatat sebagai “The First Psychotherapiest”
• Joseph Breuer (senior dari Sigmund Freud) & Sigmund Freud
Menggunakan teknik hypnosis & teknik berbicara dalam upaya menyembuhkan pasien2 histeria
• Pada Breuer —> talking cure dilakukan terhadap pasien dalam keadaan hypnosis
Pada Sigmund Freud —> talking cure dilakukan terhadap pasien dalam keadaan sadar (cikal bakal lahirnya psikoanalisis)

Tujuan Psikoterapi

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam Gunarsa, 2004) yaitu membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat melalui pemahaman intelektual.
Sedangkan tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2004) adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Selain itu terdapat tujuan psikoterapi dengan pendekatan terpusat yang dikemukakan oleh Corey (dalam Gunarsa, 2004) antara lain : untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang bisa mencegah pertumbuhannya.
Ada pula tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Ivey (dalam Gunarsa, 2004) yakni untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku untuk mengganti pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi. In http://books.google.co.id/books?
http://www.psychologymania.com/

Multikulturalisme

Standar

Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.

Jenis Multikulturalisme
Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):
1.Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3.Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4.Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5.Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing

multikultural di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.

Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut

sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

Akulturasi Psikologis

Standar

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Jadi, akulturasi psikologis adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan perilaku tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu perilaku asing. Perilaku asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam perilakunya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur periaku kelompok sendiri. Singkatnya terdapat perpaduan antara perilaku sendiri dengan perilaku asing, tanpa menghilangkan unsur perilaku kelompok sendiri.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/

akulturasi dan relasi internalkultural

Standar

Nama : Rini Corinna M.
Kelas : 3PA06
NPM : 15510988
MaKul: Psikologi Lintas Budaya

Akulturasi adalah penggabungan dua budaya yang berbeda yang merupakan hasil dari proses interaksi. Istilah akulturasi atau culture contact (kontak kebudayaan) mempunyai pengertian proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan di olah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi akulturasi
Terjadinya akulturasi adalah perubahan sosial budaya dan struktur sosial serta pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu:

Faktor Intern
 Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
 Adanya penemuan baru. Discovery — penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention — penyempurnaan penemuan baru. Innovation — pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
 Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
 Pemberontakan atau revolusi

Faktor Ekstern
 Perubahan alam
 Peperangan
 Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.
Interkultural adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Stewart L. Tubbs, mengatakan bahwa interkultural adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Hamid Mowlana juga menyebutkan bahwa interkultural sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.

Sedangkan menurut Fred E. Jandt mengartikan interkultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
William J. Sartosa juga menambahkan bahwa interkultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

Jadi, Akulturasi dan Relasi Interkultural adalah terdapatnya hubungan atau relasi antara akulturasi dengan interkultural. Ada pun salah satunya akulturasi dapat terwujud dengan adanya peran dari intercultural yaitu proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dari proses komunikasi budaya yang berbeda tersebut secara langsung ataupun tidak langsung tercipta akulturasi yaitu Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Singkatnyanya dari komunikasi berbeda budaya menghasilkan perpaduan budaya yang berbeda juga namun tanpa menghilangkan unsur kebudayaan kelompok masing-masing.
Sumber :
http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-akulturasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi

Transmisi Budaya dan Biologis serta awal perkembangan dan pengasuhan

Standar

Nama : Rini Corinna M.

Kelas : 3PA06

NPM : 15510988

MaKul: Psikologi Lintas Budaya

 

Pengertian Transmisi Budaya

Pewarisan budaya dapat disamakan dengan istilah transmisi kebudayaan. Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend to learn and pass on new information.

Transmisi budaya dinilai sebagai suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.

Transmisi kebudayaan merupakan salah satu fungsi komunikasi yang paling luas. Dikatakan demikian karena, dalam proses pewarisan budaya kita menggunakan bahasa dan cara-cara interaktif sebagai usaha untuk mentransfer budaya dari satu generasi ke generasi lain. Dalam proses pewarisan budaya secara tidak langsung terjadi interaksi sosial antar individu yang mungkin saja membahas tentang ide-ide atau gagasan suatu budaya atau dapat saja memperkuat kesepakatan norma-norma.

Transmisi budaya memiliki fokus dan konsentrisitas pada tiga misi, yaitu:

  • menanamkan (juga menggagas, mengkreasi, apabila publik belum memiliki      bibit dan potensi keunggulan);
  • mengembangkan (dengan inovasi dan adaptasi, apabila masyarakat telah      memiliki benih-benih keunggulan yang kemudian diperluas dan ditingkatkan);      dan
  • memantapkan (juga melestarikan dan konservasi, apabila masyarakat      telah mengembangkan tradisi keunggulan secara padu dan bersama).

Proses transmisi budaya meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi didalam lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Selanjutnya nilai-nilai atau unsur-unsur budaya tersebut haruslah disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata didalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas. Nilai-nilai yang dimiliki seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya. Artinya kelakuan-kelakuan yang dimiliki tersebut adalah yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya. Ketiga proses transmisi tersebut berakitan dengan bagaimana cara mentransmisikannya.

 

Bentuk Transmisi Budaya dan Pengaruhnya terhadap perkembangan psiologi individu.

  • · Enkulturasi

Merupakan proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu. Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

  • · Akulturasi

Merupakan suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

  • · Sosialisasi

Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Sosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu

Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Enkulturasi terjadi karena lingkungan yang menerapkan aturan-aturan tersebut. Sehingga individu itu sendiri menyesuaikan.

Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu

Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Akulturasi terjadi karena sekelompok orang asing yang berangsur-angsur mengikuti cara atau peraturan di dalam lingkup orang Indonesia.

Pengaruh Sosialisasi terhadap perembangan psikologi individu

Menurut Gillin dan Gillin, sosialisasi adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok tersebut atau norma kelompok. Proses sosialisasi dalam perkembangan psikologi individu memberi pengaruh peranan-peranan individu dimana ia berada maupun dimasyarakat luas. Dalam proses sosialisasi individu diajarkan untuk menjalankan peranannya secara baik dan sesuai dengan standar.

 

Kesamaan dan Perbedaan Antar budaya dalam Hal Transmisi Budaya melalui awal masa perkembangan dan pola kelekatan(attachment) pada ibu atau pengasuh

Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti enkulturasi, sosialisasi ataupun akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya.

Jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh, maka kelekatan antara seorang anak dan ibu akan kurang daripada bersama pengasuhnya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi terjadi di masyarakat, membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya. Maka terjadi kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam mempengarahui pola perkembangan seorang anak  ^,^

 

 

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

Pengertian dan tujuan dari Psikologi Lintas Budaya serta hubungannya dengan disiplin ilmu lain

Standar

Nama : Rini Corinna M.
Kelas : 3PA06
NPM : 15510988
MaKul: Psikologi Lintas Budaya

Pengertian Psikologi Lintas Budaya

Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

 

Tujuan dari Psikologi Lintas Budaya

mengkajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Yang didefinisikan pada perhatian dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi (segall)

 

Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin ilmu lain

1.Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi

Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat

2. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik berdasarkan interaksi antara organisme dengan likngkungannya.

3. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Bahasa

Ketika kita berbicara tentang bahasa, kita berada dalam suatu lingkup yang sangat luas. Tidak perlu melihat keluar, tengok ke dalam Indonesia saja, kita sudah dapat melihat puluhan bahasa dalam satu negara. Lalu, di mana hubungannya? Psikologi membutuhkan pendekatan yang tepat dalam menangani suatu kasus. Dengan melihat bahasa sebagai kajian pengajaran, psikologi bisa menjadikan bahasa sebagai cara pendekatan dengan dialeg dan gaya bahasa dari masing-masing bahasa yang ada di Indonesia.

4. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi

Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik dengan mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk hidup.

Perbedaan antara Psokologi Indigenous, Psikologi Budayadan Antropologi

  • Psikologi Indigenous:Indigenous psychology adalam kajian ilmiah mengenai perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi, tidak dibawa dari daerah lain, dan didesain untuk masyarakatnya sendiri (Kim & Berry, 1993). Pendekatan ini mendukung pembahasan mengenai pengetahuan, keahlian, kepercayaan yang dimiliki seseorang serta mengkajinya dalam bingkai kontekstual yang ada. Teori, konsep, dan metodenya dikembangkan secara indigenous disesuaikan dengan fenomena psikologi yang kontekstual. Tujuan utama dari pendekatan indigenous psychology adalah untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang lebih teliti, sistematis, universal yang secara teoritis maupun empiris dapat dibuktikan (Kim et. al., 2006).
  • Psikologi Budaya : Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
  • Antropologi: sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.

Wikipedia. Antrhopology.http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi.2012. 19:13.

Psikologi Lintas Budaya Riset dan Aplikasi, John W. Bery, Ype H Poortinga, Marshall H. Segall, Pierre R.